Jumat, 02 Agustus 2013

MAKALAH SOSIOLOGI “Konsep Sehat- Sakit Menurut Budaya Bali dan Pengobatan Tradisional USADA”

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA

“Konsep Sehat- Sakit Menurut Budaya Bali dan
Pengobatan Tradisional USADA”



         

Nama Kelompok :
1.   Adinda Putri Trisnu
2.   Agung Hartomo
3.   Nurlita Swarga Raya
4.   Roro Risala Baniyati
5.   Runi Silviati
6.   Vista Anindya Putri


AKADEMI KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA
2012/2013


BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Bali pada umumnya memiliki pengobatan tradisional yang ternyata cukup manjur dan masih dipercayai oleh masyarakatnya untuk menanggulangi penyakit yang ada. Peninggalan budaya ini hendaknya tetap dipelihara dan dilestarikan,sehingga mampu dipergunakan untuk menunjang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya lahir dan bathin. Dewasa ini pengetahuan orang Bali tentang penyembuhan (usada) masih mempunyai kehidupan yang sungguh-sungguh berhubungan dengan agama Hindu, hanya sedikit orang yang mau mempelajari secara seksama. Hal ini disebabkan bahwa masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-psikologis untuk mempelajari lontar (usada dan tutur). Karena ada wacana yang ditafsirkan dan ditransformasikan secara keliru sehingga masyarakat merasa sungkan dan ragu serta takut untuk mempelajari teks lontar. Misalnya adanya wacana aywa wera (pengendalian diri atau agar hati-hati) dalam belajar, hal ini diartikan tidak boleh diberitahu atau dipelajari. Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu.

B.   Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.    Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep sehat-sakit menurut Bali dan  pengobatan tradisional “Ushada”.
2.    Untuk mengetahui peranan “Ushada” dalam konsep sehat
sakit menurut Bali.
3.    Untuk mengetahui konsep sehat  –  sakit menurut budaya masyarakat.

C.   Rumusan Masalah
1.    Pengertian Ushada dan Balian
2.    Konsep sehat – sakit menurut budaya Bali
3.    Konsep sehat  – sakit menurut budaya masyarakat
D.   Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas empat bagian  masing-masing bagian saling terkait sebagai berikut :
1.    BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, rumusan masalah, dan sistematika penulisan.
2.    BAB II merupakan tujuan teori yang memberikan gambaran mengenai dasar teoritis atas permasalahan yang ditinjau.
3.    BAB III merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang diambil atas dasar pembahasan tinjauan teoritis pada BAB II



















BAB II
Pembahasan

A.  Pengertian Ushada dan Balian
Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di bidang kesehatan. Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfaatkannya dalam kerangka konseptual di bidang pencegahan, pengobatan, rehabilitasi serta penelitian berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Kata usada berasal dari kata ausadhi (bhs. Sansekerta) yang berarti tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat obat-obatan (Nala, 1992:1). Kata usada ini tidaklah asing bagi masyarakat di Bali, karena kata usada sering dipergunakan dalam percakapan sehari-hari dalam kaitan dengan mengobati orang sakit. Menurut Sukantra (1992:124) menyatakan usada adalah ilmu pengobatan tradisional.Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit.

Balian adalah pengobat tradisional Bali yakni, orang yang mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit. Kemampuan untuk mengobati ini diperoleh dengan berbagai cara yaitu :
1.    Jenis balian berdasarkan pengetahuan yang diperoleh:
a.      Balian katakson adalah balian yang mendapat keahlian melalui taksu.Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara berpikir, berbicara maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.

b.      Balian kapican adalah orang yang mendapat benda bertuah yang dapat dipergunakan untuk menyembuhkan orang sakit. Benda bertuah ini disebut pica. Dengan mempergunakan pica yang di dapatkan balian tersebut mampu menyembuhkan penyakit.

c.      Balian usada adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra (dukun berobat), belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usada.

d.      Balian campuran adalah balian tatakson maupun balian pica yang mempelajari usada.

2.      Jenis balian berdasarkan tujuannya :
a.    Balian panengen (baik)
b.    Balian Pangiwa (jahat)

3.      Jenis balian berdasarkan profesi
a.      Lung (patah tulang)
b.     Manak (beranak)
c.     Apun (lulur)
d.    Wuut (urut)
e.    Kacekel (pijat)


B.  Konsep sehat  –  sakit menurut  budaya Bali

Manusia disebut sehat, apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh (panca maha bhuta) yang berhubungan dengan aksara panca brahma (Sang, Bang, Tang, Ang, Ing) serta cairan tubuhnya berada dalam keadaan seimbang dan dapat berfungsi dengan baik. Sistem tubuh dikendalikan oleh suatu cairan humoral.Cairan humoral ini terdiri dari tiga unsur yang disebut dengan tri dosha (vatta=unsur udara, pitta =unsur api, dan kapha = unsur air).

Tiga unsur cairan tri dosha (Unsur udara, unsur api, dan unsur air) dalam pratek pengobatan oleh balian dan menurut agama Hindu di Bali (Siwasidhanta),  Ida Sang Hyang Widhi atau Bhatara Siwa (Tuhan) yang menciptakan semua yang ada di jagad raya ini. Beliau pula yang mengadakan penyakit  dan obat. Dalam beberapa hasil wawancara dengan balian dan sesuai dengan yang tertera dalam lontar (Usada Ola Sari, Usada Separa, Usada Sari, Usada Cemeng Sari)

disebutkan siapa yang membuat penyakit dan siapa yang dapat menyembuhkannya. Secara umum penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit  panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin). Demikian pula tentang obatnya. Ada obat yang berkasihat anget (hangat), tis (sejuk), dan dumelada (sedang). Untuk melaksanakan semua aktifitas ini adalah Brahma, Wisnu, dan Iswara. Disebut juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti wujud Beliau adalah api, air dan udara. Penyakit panes dan obat yang berkasihat anget, menjadi wewenang Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkasihat tis. Bhatara Iswara mengadakan penyaki sebaa dan obat yang berkasihat dumelada.


Penyakit seperti kita ketahui, tidaklah hanya merupakan gejala biologi saja,tetapi memiliki dimensi yang lain yakni sosial budaya. Menyembuhkan suatu penyakit tidaklah cukup hanya ditangani masalah biologinya saja, tetapi harus digarap masalah sosial budayanya. Masyarakat pada umumnya mencari pertolongan pengobatan bukanlah karena penyakit yang patogen, tetapi kebanyakan akibat adanya kelainan fungsi dari tubuhnya. Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan,tetap berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.

C.   Sistem pemeriksaan dan pengobatan

Dalam melakukan suatu pemeriksaan dan mendiagnosa penyakit, balian menyimpulkan berdasarkan hasil wawancara/anamnesis, hasil pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik seperti melihat aura tubuh, sinar mata, menggunakan kekuatan dasa aksara, chakra, kanda pat dan tenung. Sedangkan pada balian kapican, yang menjadi alat pemeriksaan adalah benda bertuah yang diperoleh sebagai pica.

Sistem pengobatan/penatalaksanaan suatu penyakit dalam usadha terdiri atas berbagai pendekatan, meliputi pengobatan tradisional (tamba) seperti loloh, boreh dan minyak/lengis yang didasarkan atas lontar taru pramana; penggunaan banten-bantenan yang disesuaikan dengan tenung dan lontar; dan penggunaan rerajahan aksara suci.

Selain pengobatan yang bersifat kuratif, usadha juga mengenal sistem pengobatan preventif/pencegahan yaitu mencegah kekuatan jahat akibat penyakit yang dibuat orang lain, leak/desti dan racun/cetik. Sarana yang digunakan dapat berupa mempasupati benda keramat yang dapat sebagai bekal seperti batu permata, rerajahan dan tumbal.

D.   Konsep sehat-sakit menurut masyarakat

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.

Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)
seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
a.    Environment atau lingkungan.
b.    Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
c.    Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
d.    Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan.masyarakat.

Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya, hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
























BAB III
Penutup

A.   Kesimpulan
Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di bidang kesehatan. Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfaatkannya dalam kerangka konseptual di bidang pencegahan,pengobatan, rehabilitasi serta penelitian berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

Manusia disebut sehat, apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh (panca maha bhuta) yang terdiri dari tiga unsur yang disebut dengan tri dosha (vatta=unsur udara, pitta =unsur api, dan kapha = unsur air).

Secara umum penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit  panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin). Demikian pula tentang obatnya. Ada obat yang berkasihat anget (hangat), tis (sejuk), dan dumelada (sedang). Untuk melaksanakan semua aktifitas ini adalah Brahma, Wisnu, dan Iswara. Disebut juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti wujud Beliau adalah api, air dan udara. Penyakit panes dan obat yang berkasihat anget, menjadi wewenang Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkasihat tis. Bhatara Iswara mengadakan penyaki sebaa dan obat yang berkasihat dumelada.

Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan,tetap berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.

B.   Saran
1.    Kita harus melestarikan budaya bali seperti usada ini,
2.    Menjadi seorang balian haruslah bermurah hati dan memberi informasi bersifat pencerahan supaya rasa ingin tahu pasien bisa terpuaskan. 
3.    Diharapkan lebih banyak lagi buku yang menjelaskan tentang usada bali ini, agar orang awam bisa lebih mengenal usada dengan mudah























Daftar Pustaka

White,Kevin.2011.Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit.Jakarta:Kharisma Putra Utama Offset.
Sunarto,Kamanto.2004.Pengantar Sosiologi.Jakarta:Fakultas Ekonomi UI.
Badrujaman,Aip.2010.Sosiologi Keperawatan.Jakarta:CV Trana Info Media.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar