MAKALAH ILMU SOSIAL
BUDAYA
“Konsep Sehat- Sakit Menurut Budaya Bali dan
Pengobatan Tradisional USADA”
Nama Kelompok :
1. Adinda
Putri Trisnu
2. Agung
Hartomo
3. Nurlita
Swarga Raya
4. Roro
Risala Baniyati
5. Runi
Silviati
6. Vista
Anindya Putri
AKADEMI
KEPERAWATAN HANG TUAH JAKARTA
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bali
pada umumnya memiliki pengobatan tradisional yang ternyata cukup manjur dan
masih dipercayai oleh masyarakatnya untuk menanggulangi penyakit yang ada.
Peninggalan budaya ini hendaknya tetap dipelihara dan dilestarikan,sehingga
mampu dipergunakan untuk menunjang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
lahir dan bathin. Dewasa ini pengetahuan orang Bali tentang penyembuhan (usada)
masih mempunyai kehidupan yang sungguh-sungguh berhubungan dengan agama Hindu,
hanya sedikit orang yang mau mempelajari secara seksama. Hal ini disebabkan
bahwa masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-psikologis untuk mempelajari
lontar (usada dan tutur). Karena
ada wacana yang ditafsirkan dan ditransformasikan secara keliru sehingga
masyarakat merasa sungkan dan ragu serta takut untuk mempelajari teks lontar.
Misalnya adanya wacana aywa wera (pengendalian diri atau agar hati-hati) dalam
belajar, hal ini diartikan tidak boleh diberitahu
atau dipelajari. Pengobatan tradisional Bali (usada) yang
dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang
dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep sehat-sakit menurut Bali
dan pengobatan tradisional “Ushada”.
2.
Untuk mengetahui peranan “Ushada” dalam konsep sehat
sakit menurut Bali.
3.
Untuk mengetahui konsep sehat – sakit menurut budaya
masyarakat.
C.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian Ushada dan Balian
2.
Konsep sehat – sakit menurut budaya Bali
3.
Konsep sehat – sakit menurut budaya masyarakat
D.
Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas empat bagian masing-masing bagian saling terkait sebagai
berikut :
1. BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang,
tujuan, rumusan masalah, dan sistematika penulisan.
2. BAB II merupakan tujuan teori yang memberikan gambaran
mengenai dasar teoritis atas permasalahan yang ditinjau.
3. BAB III merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan
saran yang diambil atas dasar pembahasan tinjauan teoritis pada BAB II
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Ushada dan
Balian
Usada adalah pengetahuan
pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di
bidang kesehatan. Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfaatkannya
dalam kerangka konseptual di bidang pencegahan, pengobatan, rehabilitasi serta
penelitian berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan.
Kata usada berasal dari kata ausadhi (bhs. Sansekerta) yang
berarti tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat obat-obatan (Nala, 1992:1).
Kata usada ini tidaklah asing bagi masyarakat di Bali, karena kata usada sering
dipergunakan dalam percakapan sehari-hari dalam kaitan dengan mengobati orang
sakit. Menurut Sukantra (1992:124) menyatakan usada adalah ilmu pengobatan
tradisional.Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada
banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit.
Balian adalah pengobat tradisional Bali yakni, orang yang mempunyai
kemampuan untuk mengobati orang sakit. Kemampuan untuk mengobati ini diperoleh
dengan berbagai cara yaitu :
1.
Jenis balian berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh:
a. Balian
katakson adalah balian yang mendapat
keahlian melalui taksu.Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri
seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara berpikir, berbicara maupun
tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah
orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.
b. Balian
kapican adalah orang yang mendapat benda bertuah yang dapat dipergunakan untuk
menyembuhkan orang sakit. Benda bertuah ini disebut pica. Dengan mempergunakan
pica yang di dapatkan balian tersebut mampu menyembuhkan penyakit.
c. Balian usada
adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui
guru waktra (dukun berobat), belajar pada balian, maupun belajar sendiri
melalui lontar usada.
d. Balian campuran
adalah balian tatakson maupun balian pica yang mempelajari usada.
2.
Jenis balian berdasarkan
tujuannya :
a.
Balian panengen (baik)
b.
Balian Pangiwa (jahat)
3. Jenis balian berdasarkan profesi
a. Lung
(patah tulang)
b. Manak (beranak)
c. Apun
(lulur)
d. Wuut (urut)
e. Kacekel
(pijat)
B.
Konsep
sehat – sakit menurut budaya
Bali
Manusia
disebut sehat, apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh (panca maha bhuta)
yang berhubungan dengan aksara panca brahma (Sang, Bang, Tang, Ang, Ing) serta
cairan tubuhnya berada dalam keadaan seimbang dan dapat berfungsi dengan baik.
Sistem tubuh dikendalikan oleh suatu cairan humoral.Cairan humoral ini terdiri
dari tiga unsur yang disebut dengan tri dosha (vatta=unsur udara, pitta =unsur api, dan kapha = unsur air).
Tiga unsur cairan tri dosha (Unsur udara, unsur api, dan unsur air) dalam pratek
pengobatan oleh balian dan menurut agama Hindu di Bali (Siwasidhanta), Ida Sang Hyang Widhi
atau Bhatara Siwa (Tuhan) yang menciptakan semua yang ada di jagad
raya ini. Beliau pula yang mengadakan penyakit dan obat. Dalam beberapa
hasil wawancara dengan balian dan sesuai dengan yang tertera dalam lontar (Usada Ola Sari, Usada Separa,
Usada Sari, Usada Cemeng Sari)
disebutkan
siapa yang membuat penyakit dan siapa yang dapat menyembuhkannya. Secara umum
penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit panes (panas), nyem (dingin),
dan sebaa (panas-dingin). Demikian
pula tentang obatnya. Ada obat yang berkasihat anget (hangat), tis
(sejuk), dan dumelada (sedang). Untuk
melaksanakan semua aktifitas ini adalah Brahma, Wisnu,
dan Iswara. Disebut juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau
Tri
Murti atau Tri Sakti wujud Beliau adalah api, air dan udara.
Penyakit panes dan obat yang
berkasihat anget, menjadi wewenang Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk
mengadakan penyakit nyem dan obat
yang berkasihat tis. Bhatara Iswara
mengadakan penyaki sebaa dan obat yang
berkasihat dumelada.
Penyakit
seperti kita ketahui, tidaklah hanya merupakan gejala biologi saja,tetapi
memiliki dimensi yang lain yakni sosial budaya. Menyembuhkan
suatu penyakit tidaklah cukup hanya ditangani masalah biologinya saja, tetapi
harus digarap masalah sosial budayanya. Masyarakat pada umumnya mencari pertolongan
pengobatan bukanlah karena penyakit yang patogen, tetapi kebanyakan akibat adanya kelainan fungsi dari
tubuhnya. Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan
orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap
kecamatan,tetap berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan
begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.
C. Sistem
pemeriksaan dan pengobatan
Dalam melakukan
suatu pemeriksaan dan mendiagnosa penyakit, balian menyimpulkan berdasarkan
hasil wawancara/anamnesis, hasil pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik seperti
melihat aura tubuh, sinar mata, menggunakan kekuatan dasa aksara, chakra, kanda
pat dan tenung. Sedangkan pada balian kapican, yang menjadi alat pemeriksaan
adalah benda bertuah yang diperoleh sebagai pica.
Sistem
pengobatan/penatalaksanaan suatu penyakit dalam usadha terdiri atas berbagai
pendekatan, meliputi pengobatan tradisional (tamba) seperti loloh, boreh dan
minyak/lengis yang didasarkan atas lontar taru pramana; penggunaan
banten-bantenan yang disesuaikan dengan tenung dan lontar; dan penggunaan
rerajahan aksara suci.
Selain
pengobatan yang bersifat kuratif, usadha juga mengenal sistem pengobatan
preventif/pencegahan yaitu mencegah kekuatan jahat akibat penyakit yang dibuat
orang lain, leak/desti dan racun/cetik. Sarana yang digunakan dapat berupa
mempasupati benda keramat yang dapat sebagai bekal seperti batu permata,
rerajahan dan tumbal.
D. Konsep sehat-sakit menurut masyarakat
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu
mutlak dan universal karena ada faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang
mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling
mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain.Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,
kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan
pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin
ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan
atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya.
Definisi
sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)
seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
a.
Environment atau
lingkungan.
b.
Behaviour atau
perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
c.
Heredity atau
keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
d.
Health care service
berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan
perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi
rendahnya derajat kesehatan.masyarakat.
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di
pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang
cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit.Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya,
hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar.Persepsi masyarakat mengenai
terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain,
karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.Persepsi
kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih
ada di masyarakat, dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
bahkan dapat berkembang luas.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Usada adalah pengetahuan pengobatan
tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di bidang
kesehatan. Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfaatkannya dalam
kerangka konseptual di bidang pencegahan,pengobatan, rehabilitasi serta
penelitian berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan.
Manusia disebut sehat, apabila semua sistem dan unsur
pembentuk tubuh (panca maha bhuta) yang terdiri dari tiga unsur yang
disebut dengan tri dosha (vatta=unsur
udara, pitta =unsur
api, dan kapha = unsur air).
Secara umum penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit
panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin). Demikian pula tentang obatnya. Ada obat yang
berkasihat anget (hangat), tis (sejuk), dan dumelada (sedang). Untuk melaksanakan semua aktifitas ini
adalah Brahma, Wisnu, dan Iswara. Disebut
juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti wujud Beliau
adalah api, air dan udara. Penyakit panes dan obat yang berkasihat anget,
menjadi wewenang Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk
mengadakan penyakit nyem dan obat
yang berkasihat tis. Bhatara
Iswara mengadakan penyaki sebaa
dan obat yang berkasihat dumelada.
Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan
orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap
kecamatan,tetap berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan
begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.
B. Saran
1. Kita
harus melestarikan budaya bali seperti usada ini,
2. Menjadi seorang
balian haruslah bermurah hati dan memberi informasi bersifat pencerahan supaya rasa ingin tahu
pasien bisa terpuaskan.
3.
Diharapkan lebih banyak lagi buku yang
menjelaskan tentang usada bali ini, agar orang awam bisa lebih mengenal usada
dengan mudah
Daftar
Pustaka
White,Kevin.2011.Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit.Jakarta:Kharisma
Putra Utama Offset.
Sunarto,Kamanto.2004.Pengantar Sosiologi.Jakarta:Fakultas
Ekonomi UI.
Badrujaman,Aip.2010.Sosiologi Keperawatan.Jakarta:CV Trana
Info Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar